1. Hutan Kayan Mentarang
Menurut Indonesia.Travel, Taman Nasional Kayan Mentarang adalah hutan
primer dan sekunder terbesar, yang meliputi wilayah seluas 1.360.500
hektar. Taman ini terletak di Bulungan, Kalimantan Timur, Indonesia,
dengan cuaca lembab dan suhu sekitar 16 ° C – 30 ° C. Taman Nasional ini
memiliki ketiggian 200 – 2258 meter di atas permukaan laut dan memiliki
sekitar 3.100 mm curah hujan per tahun.
Karena lokasi geografis, taman nasional ini diberkati dengan berbagai
keanekaragaman hayati, mulai dari daerah dataran hutan hujan tropis
sampai di daerah pegunungan, yang menjadi kepompong untuk berbagai jenis
tumbuhan dan hewan langka.
Beberapa tumbuhan yang dapat ditemui di hutan ini:
• Pulai (Alstonia scholaris)
• Jelutung (Dyera costulata)
• Ramin (Gonystylus bancanus)
• Agathis (Agathis borneensis)
• Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)
• Rengas (Gluta walichii)
• Gaharu (Aquilaria malacensis)
• Aren (Arenga pinnata)
• Berbagai macam anggrek
• Palem hutan
• Kantong semar
Menariknya, masih banyak tumbuhan yang belum teridentifikasi, dan
dianggap baru di Indonesia. terdapat 100 spesies mamalia (15 jenis
diantaranya endemik), 8 jenis primata, lebih dari 310 jenis burung, dan
28 jenis diantaranya adalah endemik Kalimantan dan telah didaftarkan
oleh ICBP (Komite Internasional untuk perlindungan burung) karena
merupakan spesies yang terancam punah.
Beberapa hewan yang hampir punah:
• Macan dahan (Neofelis nebulosa)
• Beruang madu (Helarctos malaynus euryspilus)
• Lutung dahi putih (Presbytis frontata frontata)
• Banteng (Bos javanicus lowi)
Ada sekitar 20.000 – 25.000 orang suku Dayak, yaitu Dayak Kenyah,
Punan, Lun Daye, dan Lun Bawang, tinggal di sekitar taman nasional ini.
Mereka hidup berdampingan dengan lingkungannya dalam referensi
pengetahuan lokal dan kesederhanaan. Keunikan itu terlihat dalam cara
mereka melestarikan keanekaragaman alam. Banyak jenis warisan arkeologi
seperti tempat pemakaman dan peralatan batu kuno dapat ditemukan di
Taman Nasional ini. Diperkirakan bahwa Taman Nasional Kayan Mentarang
merupakan salah satu situs arkeologi utama di Kalimantan.
2. Hutan Halimun Salak
Menurut halimunsalak.org, Taman Nasional Gunung Halimun Salak
merupakan kawasan hutan hujan pegunungan yang tersisa dan terluas di
Jawa Barat. Kawasan ini merupakan ekosistem hutan alam yang memiliki
sumber plasma nutfah dan keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Jenis pohon
penting yang ada diantaranya adalah rasamala (Altingia exselsa) dan di
kawasan ini masih dapat dijumpai primata langka dilindungi yaitu owa dan
surili.
Hutan ini telah menjadi salah satu lokasi populer untuk trekking,
seperti pengalaman seorang wisatawan yang dituangkan dalam blognya,
tarakaisme. “Kegiatan hari ini, kami akan treking menyusuri hutan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak. Sebenarnya kami berharap bisa naik ke
Canopy Trail, Jembatan gantung sepanjang 100 m dengan ketinggian 20-25
m. Di atas pasti pemandangannya lebih amazing. Sayang sekali Canopy
Trail ditutup Karena alasan keamanan. Canopy Trail yang dibangun tahun
1998 merupakan bantuan pemerintah Jepang untuk keperluan penelitian itu
menjadi terlantar…
Baiklah perjalanan diteruskan, melintasi tanah gembur, pohon pohon
tinggi besar, menyeberang sungai, bertemu sumber mata air pegunungan
yang segar, diselingi suara-suara burung dan suara air di sungai dibawah
sana. Hutan ini begitu subur dan lebat. Anak-anak yang berjalan di
depan kemudian beruntung mereka sempat melihat penampakan beberapa owa
(atau lutung?) satu diantaranya mengendong bayi owa (atau lutung?)…”
3. Hutan Wasur
Seperti diulas oleh jeratpapua.org, Taman Nasional Wasur di Merauke
merupakan bagian dari lahan basah terbesar di Papua dan masih alami.
Biodiversitasnya membuat taman nasional ini dijuluki sebagai “Serengeti
Papua”. Merauke merupakan destinasi yang cukup spesial bagi pelancong.
Bukan karena destinasi lain di Indonesia tidak spesial, tetapi Merauke
merupakan tujuan impian orang dari Sabang sampai Jayapura.
Banyak danau kecil di TN Wasur. Sekitar 70 persen dari luas kawasan
taman nasional berupa vegetasi savana, sedang lainnya berupa vegetasi
hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan
hutan rawa sagu yang cukup luas. Jenis tumbuhan yang mendominasi hutan
di kawasan TN ini antara lain api-api (Avicennia sp.), tancang
(Bruguiera sp.), ketapang (Terminalia sp.), dan kayu putih (Melaleuca
sp.).
Jenis satwa yang umum dijumpai antara lain kanguru pohon (Dendrolagus
spadix), kesturi raja (Psittrichus fulgidus), kasuari gelambir
(Casuarius casuarius sclateri), dara mahkota/mambruk (Goura cristata),
cendrawasih kuning besar (Paradisea apoda novaeguineae), cendrawasih
raja (Cicinnurus regius rex), cendrawasih merah (Paradisea rubra), buaya
air tawar (Crocodylus novaeguineae), dan buaya air asin (C. porosus).
Lahan basah di taman nasional ini merupakan ekosistem yang paling
produktif dalam menyediakan bahan pakan dan perlindungan bagi kehidupan
berbagai jenis ikan, udang dan kepiting yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi.
Berbagai jenis satwa seperti burung migran, walabi dan kasuari sering
datang dan menghuni Danau Rawa Biru. Oleh karena itu, Danau Rawa Biru
disebut “Tanah Air” karena ramainya berbagai kehidupan satwa. Lokasi ini
sangat cocok untuk mengamati atraksi satwa yang menarik dan
menakjubkan.
4. Hutan Betung Kerihun
Menurut gallery-kapuashulu.org, keanekaragaman ekosisten di kawasan
ini sangat tinggi dan keadaan vegetasi hutannya masih baik dan relatif
utuh. Ada 8 jenis ekosistem hutan di sini, meliputi Hutan
Dipterocarpaceae Dataran Rendah (Lowland Dipterocarp Forest), Hutan
Aluvial (Aluvial Forest), Hutan Rawa (Swamp Forest), Hutan Sekunder Tua
(Old Secondary Forest), Hutan Dipterocarpaceae Bukit (Hill Dipterocarp
Forest), Hutan Berkapur (Limestone Forest), Hutan Sub Gunung
(Sub-Montane Forest) dan Hutan Gunung (Montane Forest).
Di hutan ini juga terdapat berbagai ragam jenis fauna antara lain 48
jenis mamalia, disamping 18 jenis mamalia besar jenis Chiroptera
(Kelelawar) dan 17 jenis binatang pengerat juga ditemukan. Terdapat juga
7 jenis primata yakni Orangutan (Pongo pygmaeus), Kelampiau (Hylobates
muelleri), Hout (Fresbytis frontata), Kelasi (Presbytis rubicunda),
Beruk (Macca nemestrina), Kera (Macca fascicularis), dan Tarsius
(Tasrius bancanus). Selain itu terdapat pula jenis avifauna (burung)
diantaranya burung Enggang Gading (Buceros vigil) dan Ruai (Argusianus
argus) yang tergolong dalam jenis burung dilindungi oleh undang-undang.
Keanekaragaman jenis herpetofauna (reptilia dan amfibia) di taman
Nasional Betung Kerihun juga tinggi. Dari 1.500 spesimen yang berhasil
dikumpulkan, 103 jenis dapat diidentifikasi dan terdiri atas 51 jenis
amfibi, 26 jenis kadal, 2 jenis buaya, 3 jenis kura-kura air tawar dan
21 jenis ular. Sedangkan dari spesimen ikan yang diambil dari 123
stasiun di 36 sungai besar dan kecil, terdapat 14 jenis diantaranya
adalah endemik borneo. Selain itu keanekaragaman jenis serangga tidak
kurang dari 170 jenis yang sudah diidentifikasi.
5. Hutan Lore Lindu
Hutan ini dapat dicapai dengan kendaraan roda empat: Palu-Kamarora
(50 km) dengan waktu tempuh 2,5 jam, Palu-Wuasa (100 km) lima jam dan
Wuasa-Besoa (50 km) empat jam. Palu- Kulawi (80 km) enam jam. Perjalanan
di dalam kawasan dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun dengan naik
kuda dengan route : Gimpu-Besoa-Bada selama tiga hari dan Saluki
(Sidaonta) – Danau Lindu selama satu hari.
Seperti diulas di dephut.go.id, hutan ini memiliki berbagai tipe
ekosistem yaitu hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan
pegunungan sampai hutan dengan komposisi jenis yang berbeda.
Tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan pamah tropika dan pegunungan
bawah antara lain Eucalyptus deglupta, Pterospermum celebicum, Cananga
odorata, Gnetum gnemon, Castanopsis argentea, Agathis philippinensis,
Philoclados hypophyllus, tumbuhan obat, dan rotan.
Hutan sub-alpin di taman nasional ini berada diatas ketinggian 2.000
meter dpl. Keadaan hutannya sering diselimuti kabut, dan sebagian besar
pohonnya kerdil-kerdil yang ditumbuhi lumut.
Di dalam kawasan taman nasional terdapat berbagai ragam satwa yaitu
117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis reptilia, dan 19 jenis
amfibia. Lebih dari 50 persen satwa yang terdapat di kawasan ini
merupakan endemik Sulawesi diantaranya kera tonkean (Macaca tonkeana
tonkeana), babi rusa (Babyrousa babyrussa celebensis), tangkasi (Tarsius
diannae dan T. pumilus), kuskus (Ailurops ursinus furvus dan
Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo (Macrocephalon maleo), katak
Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi (Macrogalidia
musschenbroekii musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus celebensis),
kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas (Elaphe
erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus
sarasinorum).
Disamping kekayaan dan keunikan sumberdaya alam hayati, taman
nasional ini juga memiliki kumpulan batuan megalitik yang bagus dan
merupakan salah satu monumen megalitik terbaik di Indonesia.
6. Hutan Arfak
Traveler bernama Charles Roring menuliskan pengalamannya setelah
mengunjungi Arfak. Hutan hujan tropis di Pegunungan Arfak telah lama
menarik para wisatawan asing. Mereka mengunjungi kawasan itu untuk
melihat hewan dan tumbuh-tumbuhan yang merupakan spesies endemik New
Guinea di wilayah itu. Terletak di selatan kota Manokwari – ibu kota
Provinsi Papua Barat, Pegunungan Arfak dapat dicapai dengan sepeda motor
atau mobil.
Flora dan fauna di daerah-daerah dataran rendah berbeda dengan yang
hidup di dataran tinggi. Contohnya, magnificent birds of paradise dan
bower birds pada umumnya ditemukan di lereng yang dekat dengan
puncak-puncak pegunungan. Bagi turis yang ingin melihat kanguru pohon,
burung taun-taun (hornbills) serta kakatua putih (sulphur-crested
cockatoo), tujuan yang direkomendasikan adalah kampung-kampung di
kawasan pantai seperti Warkapi, Hangow atau distrik Ransiki.
Minggu lalu, saya melakukan tur singkat di sepanjang kampung-kampung
pesisir mulai dari Danau Kabori, Maruni, Mupi, Warkapi, Hangow,
Oransbari dan Ransiki. Saya naik bis DAMRI yang dioperasikan oleh
perusahaan milik negera. Kondisi hutan hujan di wilayah itu masih bagus
sekali. Dari pengamatan pribadi, wilayah di pinggir kampung telah
ditebang hutannya untuk pembukaan kebun kasbi, dan keladi, makanan pokok
di Papua atau dulu dikenal dengan istilah the Netherlands New Guinea.
Pada bulan Januari 2010 tiga turis Russia pergi ke Warkapi. Mereka
melakukan pengamatan burung (bird watching) di sepanjang sebuah kali
yang berair deras di dekat kampung Warkapi. Dari foto-foto dan cerita
yang mereka sampaikan kepada saya, burung dapat dengan mudah dilihat
saat beterbangan di pepohonan jika diamati dari daerah terbuka yang
tercipta di sekitar kali atau sungai tersebut.
Aktivitas pengamatan burung di hutan tropis biasanya sulit jika
dilakukan di dalam hutan khususnya ketika kita berjalan menerobos
pepohonan yang lebat di bawah kanopi hutan. Cahaya matahari tidak dapat
dengan mudah menembus kanopi yang dipadati tumbuhan hijau. Untuk
mengambil foto-foto burung, kita membutuhkan kamera lensa panjang.
Jangan lupa membawa baterai tambahan karena listrik tidak selalu
tersedia.
Saya selalu membawa kantong plastik yang besar di dalam saku tas
untuk melindungi peralatan elektronik jika hujan turun. Berjalan di
malam hari, dengan dituntun oleh penduduk setempat, dapat pula dilakukan
di Warkapi jika turis ingin melihat binatang-binatang malam seperti
kuskus dan burung hantu.
7. Hutan Bukit Bangkirai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar