Danau Paniai adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten Paniai, Papua atau secara administratif terletak di distrik Paniai Timur.
Danau Paniai yang kesohor memiliki panorama alam yang rancak, alami,
dan terawat dengan baik. Keindahan Danau Paniai diakui oleh utusan dari
157 negara ketika berlangsungnya Konferensi Danau Se-Dunia yang dihelat
di India pada tanggal 30 November 2007.
Pada awalnya, Danau Paniai[1]
beserta Danau Tigi dan Danau Tage dinamakan Wisselmeren. Penamaan ini
dinisbatkan kepada orang yang pertama kali menemukan ketiga danau cantik
tersebut pada tahun 1938, yaitu seorang pilot berkebangsaan Belanda
bernama Frits Julius Wissel. Pada saat itu, Frits Wissel
terbang melintasi pegunungan Pulau Irian dan melihat tiga danau yang
memiliki pemandangan yang indah. Karena terpesona dengan keindahannya,
Wissel memutuskan untuk mendarat dan menikmati eksotisme ketiga danau
tersebut dari dekat. Bahkan, pada masa kolonial Belanda, nama
Wisselmeren lebih populer ketimbang Paniai. Wisselmeren berasal dari
bahasa Belanda yang memiliki arti danau-danau Wissel.
Luas Danau Paniai yang mencapai 14.500 hektare memberi cukup ruang
kepada wisatawan untuk memilih lokasi yang sesuai dengan keinginannya
ketika berekreasi ke danau tersebut. Terdapatnya bebatuan dan pasir di
tepian danau, serta dikelilingi oleh tebing-tebing yang lumayan tinggi,
menambah daya tarik objek wisata andalan Kabupaten Paniai ini.
Sebagaimana sebagian besar topografi Kabupaten Paniai yang berada di
wilayah pegunungan dan perbukitan yang berhawa sejuk, Danau Paniai pun
terletak di daerah ketinggian, yaitu sekitar 1.700 meter di atas
permukaan laut (dpl). Meskipun demikian, Danau Paniai menyimpan aneka
jenis ikan air tawar dan udang. Ikan nila (oreochromis niloticus), ikan mujair (oreochromis mossambicus), ikan mas/ikan karper (cyprinus carpio), ikan sembilan hitam, dan ikan belut (synbranchus) adalah di antara jenis ikan yang dapat dijumpai di danau ini. Sedangkan ikan pelangi (rainbow/melanotaenia ayamaruensis)
merupakan biota Danau Paniai yang sering dicari oleh para nelayan dan
hobiis ikan hias karena bernilai ekonomi tinggi. Bila beruntung, di
Danau Paniai wisatawan dapat melihat udang endemik Papua yang kini sudah
mulai langka, yaitu udang selingkuh (cherax albertisii). Dinamakan
demikian karena udang tersebut memiliki capit/jepit besar seperti halnya
kepiting. Sampai saat ini, setiap orang yang berkunjung ke Tanah Papua,
terutama ke Kota Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, senantiasa
mencari udang selingkuh sebagai menu untuk bersantap.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar